
From Nerves to Applause: Rizky's Christmas Night Transformation
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
From Nerves to Applause: Rizky's Christmas Night Transformation
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Hujan rintik-rintik turun membasahi tanah saat Taman Mini Indonesia Indah bersinar dengan lampu-lampu Natal yang menghiasi setiap sudut.
The drizzle gently fell, soaking the ground as Taman Mini Indonesia Indah shone with Christmas lights adorning every corner.
Semuanya terlihat meriah meskipun cuaca basah.
Everything looked festive despite the wet weather.
Di tengah taman, sebuah perayaan kantor sedang berlangsung.
In the middle of the park, a company celebration was taking place.
Rizky berdiri di tepi kerumunan, mengamati suasana dengan campuran rasa kagum dan gugup.
Rizky stood at the edge of the crowd, observing the atmosphere with a mix of awe and nervousness.
Rizky adalah seorang eksekutif pemasaran muda di sebuah perusahaan besar di Jakarta.
Rizky was a young marketing executive at a large company in Jakarta.
Hari ini, dia bertekad untuk membuat kesan yang baik pada Dewi, bos yang sangat dia kagumi.
Today, he was determined to make a good impression on Dewi, the boss he greatly admired.
Dewi adalah pemimpin yang berwibawa, selalu tegas dan adil.
Dewi was an authoritative leader, always firm and fair.
Dia menjadi inspirasi bagi semua karyawan.
She was an inspiration for all the employees.
Rizky ingin menunjukkan potensi kepemimpinannya agar bisa mendapatkan promosi.
Rizky wanted to demonstrate his leadership potential to earn a promotion.
Namun, Rizky memiliki satu kelemahan.
However, Rizky had one weakness.
Dia sering merasa gugup ketika harus berbicara di depan banyak orang.
He often felt nervous when he had to speak in front of many people.
Ketika Dewi mengumumkan bahwa mereka membutuhkan relawan untuk memberikan pidato penutup tahunan, Rizky merasakan jantungnya berdegup kencang.
When Dewi announced that they needed a volunteer to give the closing annual speech, Rizky felt his heart pounding.
Tangan gemetarnya mengangkat, "Saya bersedia," katanya setelah memaksa dirinya membuat keputusan berani itu.
His trembling hand raised, "I am willing," he said after forcing himself to make that brave decision.
Malam semakin larut.
The night wore on.
Giliran Rizky untuk naik ke atas panggung.
It was Rizky's turn to step onto the stage.
Dia menghapus keringat dingin di dahinya.
He wiped the cold sweat from his forehead.
"Selamat malam semuanya," suaranya agak bergetar pada awalnya.
"Good evening everyone," his voice was slightly shaky at first.
"Saya ingin berbagi kisah pribadi tentang bagaimana kita bisa mencapai lebih banyak dengan kebersamaan.
"I would like to share a personal story about how we can achieve more together."
"Sekilas keraguan melintas di mata penonton, tetapi Rizky ingat kenangan ketika timnya berhasil mencapai target bulanan.
A flicker of doubt passed through the audience, but Rizky remembered the memories when his team managed to reach the monthly target.
"Saat kami bekerja sama pada proyek besar tahun lalu, tantangan tampak mustahil.
"When we worked together on a big project last year, the challenges seemed impossible.
Tapi, berkat dukungan dan kerja keras tim, kami berhasil," lanjut Rizky dengan lebih percaya diri.
But, thanks to the support and hard work of the team, we succeeded," continued Rizky with more confidence.
Cerita itu menyentuh hati banyak orang.
The story touched the hearts of many.
Perlahan, suara tepukan mengisi udara.
Gradually, the sound of applause filled the air.
Rizky menyadari bahwa keasliannya membuat orang-orang terikat pada kata-katanya.
Rizky realized that his authenticity made people connect with his words.
Dia menemukan ritme yang nyaman, dan pidatonya berakhir dengan gemuruh tepuk tangan.
He found a comfortable rhythm, and his speech ended with a thunderous ovation.
Setelah acara, Dewi mendekatinya dengan senyuman.
After the event, Dewi approached him with a smile.
"Kamu mengambil risiko besar, Rizky.
"You took a big risk, Rizky.
Dan kamu berhasil," katanya.
And you succeeded," she said.
"Mari kita bicara tentang masa depanmu di perusahaan.
"Let's talk about your future in the company."
"Rizky merasa lega dan bahagia.
Rizky felt relieved and happy.
Untuk pertama kalinya, dia melihat potensi dalam dirinya yang selama ini tersembunyi.
For the first time, he saw potential in himself that had been hidden all this time.
Keberaniannya tidak hanya memberinya peluang promosi, tetapi juga keyakinan baru dalam berbicara di depan umum.
His bravery not only granted him a promotion opportunity, but also a new confidence in public speaking.
Di bawah langit mendung dan lampu Natal yang gemerlapan, Rizky menyadari bahwa menjadi otentik adalah kunci kepemimpinan sejati.
Under the cloudy sky and shimmering Christmas lights, Rizky realized that being authentic was the key to true leadership.
Hari ini, dia tidak hanya mengesankan bosnya, tetapi juga mengubah persepsi dirinya sendiri.
Today, he not only impressed his boss but also changed his own self-perception.
Sebuah awal yang baru telah menantinya.
A new beginning awaited him.