FluentFiction - Indonesian

Rekindling Family Traditions: A Beachside Galungan Celebration

FluentFiction - Indonesian

19m 25sNovember 7, 2025
Checking access...

Loading audio...

Rekindling Family Traditions: A Beachside Galungan Celebration

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Pasir putih Kuta Beach terasa hangat di bawah kaki Ayu.

    The white sand of Kuta Beach felt warm under Ayu's feet.

  • Udara pagi beraroma garam dan bunga cempaka yang terbawa dari altar-altar persembahan di sepanjang jalan.

    The morning air carried the scent of salt and cempaka flowers from the offering altars along the street.

  • Hari ini, Bali merayakan Galungan, dan Ayu merasa gundah.

    Today, Bali celebrated Galungan, and Ayu felt uneasy.

  • Ayu berdiri di pinggir pantai, mengamati ombak yang berdebur.

    Ayu stood at the beach's edge, watching the waves crash.

  • Di sekelilingnya, penduduk lokal dan wisatawan memenuhi pantai.

    Around her, locals and tourists filled the beach.

  • Bendera warna-warni menghiasi jalanan, menari tertiup angin.

    Colorful flags decorated the streets, dancing in the wind.

  • Ayu menoleh ke arah saudaranya, Budi dan Dewi, yang duduk di dekatnya.

    Ayu turned toward her siblings, Budi and Dewi, who sat nearby.

  • "Budi, Dewi, ingat waktu kita membuat penjor bersama Ayah?" tanya Ayu, mencoba membuka percakapan.

    "Budi, Dewi, do you remember when we made penjor with Dad?" Ayu asked, trying to start a conversation.

  • Suara Ayu hampir tertelan oleh riuhnya pantai.

    Her voice was nearly drowned out by the beach's bustle.

  • Budi, yang sibuk dengan ponselnya, mengangkat wajah.

    Budi, busy with his phone, lifted his face.

  • "Ya, tapi aku harus segera balik ke kantor. Kerjaan menumpuk," jawabnya singkat.

    "Yeah, but I need to get back to the office soon. Work's piling up," he replied shortly.

  • Dewi, di sisi lain, mengangkat alis. "Apa semua ini masih relevan di jaman sekarang, Kak?" tanyanya dengan skeptis.

    Dewi, on the other hand, raised an eyebrow. "Is all of this still relevant these days, Sis?" she asked skeptically.

  • Ayu merasa sedih.

    Ayu felt sad.

  • Mereka sudah lama tidak berkumpul.

    They hadn't gathered for a long time.

  • Tradisi keluarga terancam dilupakan.

    Family traditions were at risk of being forgotten.

  • Dia tahu harus melakukan sesuatu.

    She knew she had to do something.

  • Ayu punya ide.

    Ayu had an idea.

  • Sepanjang siang, Ayu sibuk mempersiapkan kejutan untuk sore hari.

    All afternoon, Ayu was busy preparing a surprise for the evening.

  • Dia menyiapkan makanan kecil yang dulu sering mereka makan saat Galungan: nasi tumpeng, lawar, dan sate lilit.

    She prepared the snacks they often ate during Galungan: nasi tumpeng, lawar, and sate lilit.

  • Dia juga membuat kembali satu penjor kecil di antara bendera-bendera pantai.

    She also made a small penjor among the beach flags.

  • Saat sore tiba, Ayu mengajak Budi dan Dewi ke tempat yang dia siapkan.

    When evening came, Ayu invited Budi and Dewi to the place she had prepared.

  • "Makanlah, ini makanan yang dulu kita buat bersama ibu," kata Ayu sambil menyuguhkan hidangan.

    "Eat, these are the foods we used to make with Mom," Ayu said while presenting the dishes.

  • Budi menatap makanan itu, ingatan masa kecil kembali.

    Budi looked at the food, childhood memories returning.

  • "Aku ingat ini. Kita dulu bergantian mengaduk adonan lawar," ujarnya sambil tersenyum.

    "I remember this. We used to take turns stirring the lawar mixture," he said with a smile.

  • Dewi tersentuh melihat makanan-makanan itu.

    Dewi was touched seeing the foods.

  • "Aku lupa betapa serunya membuat ini semua," katanya perlahan.

    "I forgot how fun it was to make all of this," she said slowly.

  • Untuk momen itu, Ayu bercerita.

    For that moment, Ayu shared a story.

  • "Ingat waktu kita membuat ketupat? Ayah selalu bilang, budaya itu akar kita.

    "Remember when we made ketupat? Dad always said, culture is our root.

  • Kalau kita lupa, kita akan terombang-ambing seperti daun," kata Ayu.

    If we forget, we'll drift like leaves," Ayu said.

  • Kata-kata Ayu membuat Budi dan Dewi terdiam.

    Ayu's words left Budi and Dewi silent.

  • Mereka merasa tersentuh.

    They felt moved.

  • Kenangan masa kecil mereka kembali hidup.

    Their childhood memories came back to life.

  • Akhirnya, Budi melihat hasil dari pertemuan ini.

    Finally, Budi saw the outcome of this meeting.

  • "Kamu benar, Ayu. Keluarga dan tradisi ini penting.

    "You're right, Ayu. Family and this tradition are important.

  • Aku ingin lebih banyak waktu bersama kalian," katanya mantap.

    I want to spend more time with you," he said firmly.

  • Dewi tersenyum ke arah Ayu.

    Dewi smiled at Ayu.

  • "Akar kita mungkin kuno, tapi mereka membentuk siapa kita sekarang. Aku mengerti sekarang," ujarnya tulus.

    "Our roots might be old-fashioned, but they shape who we are now. I understand now," she said earnestly.

  • Ayu merasa lega.

    Ayu felt relieved.

  • Lihatlah, kebersamaan ini berhasil mengingatkan mereka.

    Look, this togetherness succeeded in reminding them.

  • Mereka berjanji untuk terus menjaga tradisi Galungan yang indah.

    They promised to continue preserving the beautiful Galungan tradition.

  • Malam itu, mereka bertiga duduk di pantai, memandangi bintang-bintang.

    That night, the three of them sat on the beach, gazing at the stars.

  • Ayu, kini lebih tenang. Dia tahu mereka akan menjaga jati diri mereka sebagai keluarga yang padu dalam tradisi.

    Ayu, now calmer, knew they would maintain their identity as a united family in tradition.

  • Hampir seperti mantra, ombak terus berbisik di Kuta Beach yang abadi.

    Almost like a mantra, the waves continued to whisper at the eternal Kuta Beach.