FluentFiction - Indonesian

An Unexpected Rainy Reunion at Borobudur

FluentFiction - Indonesian

19m 57sSeptember 17, 2025
Checking access...

Loading audio...

An Unexpected Rainy Reunion at Borobudur

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Pada pagi yang segar di bulan Agustus, matahari terbit menyinari Candi Borobudur.

    On a fresh morning in August, the sun rose illuminating Candi Borobudur.

  • Udara kering musim kemarau membuat langit terlihat biru dan cerah.

    The dry air of the dry season made the sky appear blue and bright.

  • Di antara wisatawan yang sibuk, Rizki, Dewi, dan Arya berdiri di kaki candi, siap memulai tur mereka.

    Among the busy tourists, Rizki, Dewi, and Arya stood at the foot of the temple, ready to start their tour.

  • Borobudur dengan stupa-stupa yang megah tampak menunggu cerita baru dari para pengunjungnya.

    Borobudur with its magnificent stupas seemed to await new stories from its visitors.

  • Rizki, anak sulung dalam keluarga, melihat sekeliling.

    Rizki, the eldest child in the family, looked around.

  • Dia merasa gelisah, karena hari ini adalah kesempatan emas untuk menyatukan kembali hubungan yang merenggang di antara mereka.

    He felt anxious because today was a golden opportunity to mend the drifted relationship among them.

  • Impian orang tua mereka adalah agar anak-anak mereka tetap menjaga ikatan keluarga dan menghargai warisan budaya yang ada.

    Their parents' dream was for their children to maintain their family bond and appreciate the existing cultural heritage.

  • Tapi, Rizki tahu tugas ini tidak mudah.

    But, Rizki knew this task was not easy.

  • Dewi, berdiri di samping Rizki, mengingatkan masa kecil mereka ketika orang tua sering membawa mereka ke acara-acara adat.

    Dewi, standing next to Rizki, reminisced about their childhood when their parents often took them to traditional events.

  • Dia merindukan kebersamaan itu.

    She missed that togetherness.

  • Arya, berdiri sedikit menjauh, tampak skeptis.

    Arya, standing a bit apart, appeared skeptical.

  • Dia banyak mempertanyakan nilai tradisi dalam kehidupan modern.

    He often questioned the value of tradition in modern life.

  • Namun, semangat untuk memahami tetap ada dalam dirinya meski dia jarang menunjukkannya.

    However, the spirit to understand was still within him, even if he rarely showed it.

  • “Rizki, kenapa kita harus melakukan semua ini?” tanya Arya dengan nada skeptis.

    “Rizki, why do we have to do all this?” Arya asked skeptically.

  • Rizki tersenyum dan menjawab, "Ini adalah cara kita menghormati orang tua kita dan belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri."

    Rizki smiled and replied, "This is our way of honoring our parents and learning more about ourselves."

  • Dewi mengangguk, menunjukkan dukungan.

    Dewi nodded, showing her support.

  • Saat mereka naik ke teras candi, pemandu memberikan penjelasan tentang arti simbolis dari setiap ukiran batu.

    As they climbed the terrace of the temple, the guide explained the symbolic meanings of each stone carving.

  • Rizki berharap pengetahuan ini bisa membuka pikiran Arya.

    Rizki hoped this knowledge could open Arya's mind.

  • Namun, Dewi merasa Arya tidak cukup terhubung dengan apa yang disampaikan oleh pemandu.

    However, Dewi felt that Arya was not sufficiently connected to what the guide was conveying.

  • Tiba-tiba, meskipun di musim kemarau, hujan deras turun tanpa peringatan.

    Suddenly, despite being the dry season, heavy rain fell without warning.

  • Mereka berlarian mencari tempat berlindung dan akhirnya menemukan sudut yang aman di dalam salah satu alcove candi.

    They ran to find shelter and eventually found a safe corner inside one of the temple's alcoves.

  • Hujan deras menciptakan kesempatan bagi mereka untuk bercengkerama, jauh dari keramaian.

    The heavy rain created an opportunity for them to chat, away from the crowds.

  • Di tengah suara gemuruh hujan, Rizki akhirnya membuka pembicaraan.

    In the middle of the sound of the pouring rain, Rizki finally opened up the conversation.

  • “Aku tahu kita telah berpisah selama bertahun-tahun. Tapi, penting bagi kita untuk memahami darimana kita berasal.”

    “I know we've been apart for years. But, it's important for us to understand where we come from.”

  • Air mata menetes di pipi Dewi saat dia mengutarakan kerinduannya terhadap masa-masa lalu.

    Tears rolled down the cheeks of Dewi as she expressed her longing for past times.

  • "Aku hanya ingin kita merasa seperti keluarga lagi," ucapnya.

    "I just want us to feel like a family again," she said.

  • Arya terdiam, mendengarkan dengan hati yang lebih terbuka.

    Arya was silent, listening with a more open heart.

  • Tanpa ragu, Arya membalas, “Aku menghargai usaha kalian. Mungkin aku perlu lebih banyak pengalaman seperti ini.”

    Without hesitation, Arya responded, “I appreciate your efforts. Maybe I need more experiences like this.”

  • Kata-kata Arya memberikan harapan baru bagi Rizki dan Dewi.

    Arya's words gave new hope to Rizki and Dewi.

  • Ketika hujan reda, mereka melanjutkan tur dengan perasaan baru. Rasa pengertian terjalin dengan lebih erat.

    When the rain subsided, they continued their tour with a renewed sense of understanding woven more closely.

  • Arya setuju untuk lebih ikut serta dalam acara keluarga, sementara Rizki dan Dewi sepakat untuk lebih menghargai pandangan Arya tentang adaptasi tradisi dalam konteks modern.

    Arya agreed to participate more in family events, while Rizki and Dewi agreed to value Arya's perspectives on adapting tradition in a modern context.

  • Saat mereka meninggalkan Candi Borobudur, pemandangan alam yang indah seakan menari bersama hati mereka yang kini lebih damai dan terhubung.

    As they left Candi Borobudur, the beautiful natural scenery seemed to dance alongside their now more peaceful and connected hearts.

  • Borobudur, dengan sejarah dan kedamaiannya, sukses menjadi saksi kebangkitan hubungan tiga saudara yang kini saling memahami dan menghormati.

    Borobudur, with its history and tranquility, successfully witnessed the revival of the relationship of three siblings who now understand and respect each other.

  • Mereka berjanji untuk selalu menjaga warisan budaya keluarga, seiring dengan perubahan zaman.

    They promised to always preserve the family's cultural heritage, in line with changing times.