
Facing the Storm: How Rina's Words Shook Bali's Hall
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Facing the Storm: How Rina's Words Shook Bali's Hall
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di tengah hiruk-pikuk Bali International Convention Center, suasana begitu meriah.
Amidst the bustle of the Bali International Convention Center, the atmosphere was so lively.
Para delegasi dari seluruh dunia berkumpul, siap untuk berbagi dan mendiskusikan solusi untuk masalah lingkungan global.
Delegates from all over the world gathered, ready to share and discuss solutions for global environmental issues.
Hari itu, awan mendung tiba-tiba menggelayuti langit biru Bali yang biasanya cerah, menandakan perubahan cuaca yang tidak terduga.
That day, dark clouds suddenly hovered over Bali's usually bright blue sky, signaling an unexpected change in weather.
Di antara para delegasi, ada Rina, Adi, dan Sari.
Among the delegates were Rina, Adi, and Sari.
Rina merasa sedikit gelisah.
Rina felt a bit anxious.
Hari ini, dia dijadwalkan untuk memberikan presentasi penting tentang inisiatif lingkungan baru yang ingin ia perkenalkan.
Today, she was scheduled to give an important presentation on new environmental initiatives she wanted to introduce.
Rina adalah seorang advokat lingkungan yang penuh semangat.
Rina is a passionate environmental advocate.
Namun, dia menyimpan satu rahasia: ketakutan berbicara di depan umum.
However, she harbors a secret: a fear of public speaking.
Adi, koleganya yang setia, ada di sana untuk mendukungnya.
Adi, her loyal colleague, was there to support her.
"Kamu pasti bisa, Rina.
"You can do this, Rina.
Kita sudah mempersiapkan semuanya.
We've prepared everything.
Jangan khawatir," katanya sambil tersenyum menenangkan.
Don't worry," he said with a calming smile.
Di sisi lain, Sari mengamati dengan mata tajam.
On the other hand, Sari observed with sharp eyes.
Meski awalnya skeptis terhadap kemampuan Rina, dia tidak bisa menyangkal ketulusan dan komitmen Rina terhadap isu lingkungan.
Though initially skeptical of Rina's abilities, she couldn't deny Rina's sincerity and commitment to environmental issues.
Ketika saatnya tiba bagi Rina untuk naik ke panggung, cuaca menjadi tidak bersahabat.
When the time came for Rina to step onto the stage, the weather turned unfriendly.
Angin kencang mulai bertiup, merobohkan pohon-pohon di sekitar gedung, dan hujan deras turun tanpa ampun.
Strong winds began to blow, toppling trees around the building, and heavy rain poured down relentlessly.
Listrik padam seketika, menggelapkan ruangan dan mematikan semua peralatan, termasuk proyektor untuk presentasi Rina.
The power suddenly went out, darkening the room and shutting down all equipment, including the projector for Rina's presentation.
Di tengah kepanikan yang melanda, Rina tahu dia dihadapkan pada sebuah pilihan sulit.
Amid the ensuing panic, Rina knew she faced a tough choice.
Apakah dia harus menunggu listrik pulih atau berbicara tanpa visual?
Should she wait for the power to return or speak without visuals?
Setelah menarik napas dalam-dalam, Rina memutuskan untuk melanjutkan.
After taking a deep breath, she decided to proceed.
Dia bangkit berdiri, mengatasi rasa takutnya, dan mulai berbicara dengan suara yang jernih.
She stood up, overcoming her fear, and began to speak with a clear voice.
"Meskipun cuaca tidak berpihak hari ini," Rina memulai, "Alam punya caranya sendiri mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa mengabaikannya.
"Although the weather is not on our side today," Rina began, "Nature has its own way of reminding us that we cannot ignore it."
" Tanpa slide untuk diandalkan, Rina berbicara dari hatinya.
Without slides to rely on, Rina spoke from her heart.
Dia menjelaskan visinya untuk masa depan yang lebih baik, di mana komunitas global bersatu untuk melindungi planet kita.
She explained her vision for a better future, where the global community unites to protect our planet.
Kata-katanya mengalir, penuh emosi dan ketulusan.
Her words flowed, full of emotion and sincerity.
Para delegasi terdiam, terpukau oleh semangat Rina yang luar biasa.
The delegates fell silent, captivated by Rina's extraordinary spirit.
Alih-alih tertahan oleh keterbatasan teknis, Rina berhasil menyampaikan visi kuatnya.
Instead of being hampered by technical limitations, Rina successfully conveyed her powerful vision.
Ketika dia selesai, ruangan penuh dengan tepuk tangan gemuruh.
When she finished, the room erupted in resounding applause.
Tanpa visual dan hanya dengan kata-katanya, Rina telah memenangkan hati para pendengarnya.
Without visuals and only with her words, Rina had won the hearts of her audience.
Saat meninggalkan panggung, Rina merasa kepercayaan dirinya tumbuh.
As she left the stage, Rina felt her confidence grow.
Dia menyadari bahwa kekuatan terbesarnya terletak pada ketulusan dan semangatnya, bukan pada presentasi canggih yang disiapkan.
She realized that her greatest strength lay in her sincerity and passion, not in the sophisticated presentation she had prepared.
Di sebelahnya, Sari mengangguk, menunjukkan rasa hormat yang baru ditemukan.
Beside her, Sari nodded, showing newfound respect.
Rina, Adi, dan Sari berdiri bersama, merayakan malam yang tidak akan pernah mereka lupakan.
Rina, Adi, and Sari stood together, celebrating a night they would never forget.
Di luar, badai mulai mereda, dan langit Bali perlahan kembali cerah, seolah memberi restu pada langkah-langkah berani di dalam gedung konvensi itu.
Outside, the storm began to subside, and the Bali sky slowly cleared, as if blessing the bold steps taken inside the convention hall.