
Balancing Acts: A Jakarta Project Manager's Journey
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Balancing Acts: A Jakarta Project Manager's Journey
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di tengah hiruk-pikuk kantor di Jakarta, Ayu duduk di meja kerjanya.
Amidst the hustle and bustle of the office in Jakarta, Ayu sat at her desk.
Tumpukan dokumen memenuhi mejanya.
A stack of documents filled her desk.
Di luar jendela, gedung-gedung tinggi menjulang di bawah langit biru yang cerah, khas musim kemarau.
Outside the window, tall buildings rose under the clear blue sky, typical of the dry season.
Jam di dinding berdetak cepat menuju tenggat waktu yang mendesak.
The clock on the wall ticked quickly towards a pressing deadline.
Ayu adalah seorang manajer proyek yang berdedikasi.
Ayu was a dedicated project manager.
Namun, belakangan ini, pikirannya terbagi.
However, lately, her mind had been divided.
Ayah dan ibunya yang sudah lanjut usia, baru saja pindah ke rumahnya.
Her elderly father and mother had just moved into her house.
Kesehatan mereka memerlukan perhatian lebih, dan hati Ayu terbelah antara tanggung jawab kerja dan keluarga.
Their health required more attention, and Ayu's heart was torn between work responsibilities and family.
Di meja sebelah, Wira, rekan kerja yang selalu setia membantu, memerhatikan Ayu.
At the next desk, Wira, a coworker who was always ready to help, noticed Ayu.
“Ayu, apakah kau butuh bantuan?” tanya Wira seraya berdiri dan mendekat.
"Ayu, do you need help?" asked Wira, standing and approaching her.
Ayu menghela napas dalam-dalam.
Ayu took a deep breath.
“Aku kesulitan menyelesaikan laporan ini. Dan aku juga khawatir dengan orangtuaku di rumah.”
"I'm having trouble finishing this report. And I'm also worried about my parents at home."
Wira tersenyum meyakinkan.
Wira smiled reassuringly.
“Biar aku bantu dengan tugas-tugas yang bisa kuberikan kepada tim kita. Kita bisa melakukannya bersama.”
"Let me help with the tasks I can delegate to our team. We can do it together."
Ayu merasa lega mendengar tawaran itu.
Ayu felt relieved to hear the offer.
Dengan bantuan Wira, Ayu mulai mendelegasikan tugas-tugas kepada teman-temannya yang lain.
With Wira's help, Ayu began to delegate tasks to her other colleagues.
Malam pun tiba sebelum tenggat waktu pengiriman proyek.
Night came before the project submission deadline.
Kantor sudah sunyi saat Ayu menerima panggilan telepon mendesak.
The office was quiet when Ayu received an urgent phone call.
Ibunya dilarikan ke rumah sakit.
Her mother had been rushed to the hospital.
Ayu berdiri, pikirannya berputar.
Ayu stood, her mind racing.
Dia harus membuat keputusan yang sulit. Tetap di kantor untuk menyelesaikan proyek atau pergi menemui ibunya yang sakit.
She had to make a difficult decision: stay at the office to finish the project or go to see her sick mother.
Wira yang memperhatikan kegelisahan Ayu, menghampirinya dan berkata, “Pergilah, Ayu. Kami akan menyelesaikan ini.”
Wira, noticing Ayu's distress, approached her and said, "Go, Ayu. We will finish this."
Dengan hati gundah, Ayu meninggalkan kantor dan bergegas ke rumah sakit.
With a heavy heart, Ayu left the office and rushed to the hospital.
Sepanjang perjalanan, ia merasa berat melepaskan tanggung jawab kepada timnya.
Throughout the journey, she felt the weight of leaving the responsibility with her team.
Namun, ia tahu, berada di samping ibunya adalah hal yang penting.
However, she knew being by her mother's side was important.
Keesokan harinya, Ayu kembali ke kantor.
The next day, Ayu returned to the office.
Ia disambut oleh senyum Wira dan tepuk tangan dari seluruh tim.
She was greeted by Wira's smile and applause from the entire team.
Proyek berhasil diselesaikan dengan baik.
The project had been successfully completed.
Ayu merasa lega dan bahagia.
Ayu felt relieved and happy.
Ayu menyadari satu hal penting.
Ayu realized one important thing.
Tak perlu memikul semua beban sendiri.
There was no need to carry all the burdens alone.
Mempercayai tim dan orang lain di sekitarnya adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga.
Trusting her team and those around her was the key to maintaining balance between work and family.
Di kantor yang sibuk di tengah kota Jakarta, Ayu kini bekerja dengan lebih bijak, memanfaatkan bantuan dari rekan-rekannya.
In a busy office in the middle of Jakarta, Ayu now worked more wisely, utilizing the assistance from her colleagues.
Senyum kebahagiaan tak pernah lepas dari wajahnya, karena ia tahu, di setiap langkahnya, ia tak pernah sendiri.
A smile of happiness never left her face, because she knew that every step of the way, she was never alone.