
Braving the Spirits: A Thrilling Hunt for Festival Treasures
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Braving the Spirits: A Thrilling Hunt for Festival Treasures
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Matahari mulai terbenam di langit Jakarta, menandakan akhir dari hari yang panas dan kering di bulan September.
The Matahari began to set in the sky of Jakarta, marking the end of a hot and dry day in September.
Dimas berdiri di depan sebuah gudang tua, ditemani kedua sahabatnya, Ayu dan Budi.
Dimas stood in front of an old warehouse, accompanied by his two best friends, Ayu and Budi.
Gudang itu besar dan menyeramkan, dengan kayu berderak di lantainya dan cahaya remang-remang yang masuk melalui jendela yang sudah berdebu.
The warehouse was large and eerie, with creaking wood floors and dim light coming through the dusty windows.
Dimas, dengan semangat dan rasa cemas bercampur, melihat ke sekeliling.
Dimas, with a mix of excitement and anxiety, looked around.
"Kita harus masuk," katanya tegas.
"We have to go in," he said firmly.
"Festival Maulid tahun ini harus istimewa.
"This year's Maulid festival has to be special."
"Ayu, dengan rambut hitam yang diikat tinggi, menggenggam tangan Dimas.
Ayu, with her black hair tied up high, held Dimas' hand.
"Ya, kita bisa menemukan barang-barang unik di sini," katanya penuh antusias.
"Yes, we can find unique items here," she said enthusiastically.
Budi mengangguk, walau sedikit ragu.
Budi nodded, though a bit hesitant.
"Tapi hati-hati, ya?
"But be careful, okay?
Tempat ini bisa berbahaya, dan kita belum punya izin.
This place can be dangerous, and we don't have permission."
"Ketiga sahabat itu mendekati pintu gudang yang terbuka sedikit.
The three friends approached the slightly open warehouse door.
Lampu senter di tangan mereka menjadi satu-satunya sumber cahaya saat mereka melangkah ke dalam.
The flashlight in their hands was the only source of light as they stepped inside.
Debu beterbangan setiap kali mereka melangkah, membuat suasana semakin mendebarkan.
Dust flew with each step they took, making the atmosphere even more thrilling.
Di dalam gudang terdapat banyak peti tua dan memorabilia yang memudar.
Inside the warehouse, there were many old crates and faded memorabilia.
"Aku dengar di sini ada banyak barang sisa pabrik," Ayu berkata sambil membuka salah satu peti.
"I heard there are a lot of leftover factory items here," Ayu said while opening one of the crates.
"Kita bisa gunakan ini sebagai dekorasi.
"We can use these as decorations."
"Sementara mereka mencari-cari, Dimas tidak bisa menghilangkan rasa tidak nyamannya.
As they searched, Dimas couldn't shake off his discomfort.
Namun, tekadnya untuk membuat festival berhasil lebih kuat.
However, his determination to make the festival a success was stronger.
Dia tahu, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka dengan anggaran yang terbatas.
He knew this was their only chance with a limited budget.
"Ayo, terus cari," katanya, meskipun hatinya berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Come on, keep looking," he said, even though his heart was beating faster than usual.
Tiba-tiba, terdengar bunyi derak keras dari atas kepala mereka.
Suddenly, a loud creaking sound came from above them.
Ayu jerit kecil, sementara Budi mendekap senter lebih erat.
Ayu let out a small scream, while Budi clutched the flashlight more tightly.
Mereka bertiga diam membeku, menunggu suara itu berhenti.
The three of them froze, waiting for the sound to stop.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, suara itu mereda.
After a few moments that felt like forever, the noise subsided.
"Kita harus segera ambil apa yang bisa kita bawa dan pergi," Budi berkata dengan serius.
"We need to grab what we can and get out of here," Budi said seriously.
Dengan lebih berhati-hati, mereka mulai memilih barang-barang yang dapat digunakan.
With more caution, they began selecting items they could use.
Ada potongan kain yang bisa dijadikan bendera, tali-temali warna-warni, dan beberapa hiasan lampu yang masih bisa dipakai jika diperbaiki.
There were pieces of fabric that could be turned into flags, colorful ropes, and some light fixtures that could still be used if repaired.
"Oh, lihat ini!
"Oh, look at this!"
" Ayu memegang sebuah kain batik usang yang indah.
Ayu held up a beautiful old kain batik.
"Kita bisa membuat sesuatu yang cantik dari ini.
"We can make something beautiful out of this."
"Dimas tersenyum melihat semangat Ayu dan keuletan Budi.
Dimas smiled at Ayu's enthusiasm and Budi's perseverance.
Meskipun keadaan menakutkan, mereka tetap bersemangat dan bekerja sama dengan baik.
Despite the frightening conditions, they remained enthusiastic and worked well together.
Ketika mereka menyelesaikan pencarian mereka dan melangkah keluar dari gudang, Dimas merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang.
As they completed their search and stepped out of the warehouse, Dimas felt a weight lift slightly off his shoulders.
"Kita berhasil," dia berkata, penuh rasa lega.
"We did it," he said, full of relief.
"Terima kasih atas bantuan kalian.
"Thank you for your help."
"Ayu dan Budi tertawa kecil, merasa bangga dengan pencapaian mereka.
Ayu and Budi chuckled softly, feeling proud of their achievement.
"Kita melakukannya bersama-sama," kata Budi.
"We did it together," Budi said.
"Ini akan menjadi festival terbaik.
"This will be the best festival."
"Dimas menyadari bahwa keberanian dan kerjasama mereka adalah kunci sukses.
Dimas realized that their courage and cooperation were key to their success.
Meskipun sebelumnya penuh keraguan, kini ia merasa lebih percaya diri memimpin acara ini.
Although he was full of doubt before, now he felt more confident in leading the event.
Gudang seram itu telah mengajarkan mereka tentang risiko dan kerja keras, tetapi juga tentang betapa berharganya dukungan teman dalam menghadapi tantangan.
That creepy warehouse had taught them about risks and hard work, but also about how valuable friends' support is in facing challenges.
Mereka bertiga berjalan pulang di bawah langit malam yang berbintang, bersemangat untuk segera mulai menyiapkan festival yang penuh warna dan semangat kebersamaan.
The three of them walked home under the starlit night sky, eager to start preparing a festival full of color and a sense of togetherness.