FluentFiction - Indonesian

Courage in Chaos: A Sibling Bond Strengthened at Pasar Santa

FluentFiction - Indonesian

17m 26sAugust 31, 2025
Checking access...

Loading audio...

Courage in Chaos: A Sibling Bond Strengthened at Pasar Santa

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Di tengah hiruk-pikuk Pasar Santa yang penuh warna dan aroma, Dewi sibuk memilih bahan masak.

    In the midst of the hustle and bustle of Pasar Santa filled with vibrant colors and aromas, Dewi was busy choosing cooking ingredients.

  • Suara pedagang yang menawarkan dagangan bersahut-sahutan.

    The voices of vendors offering their goods echoed back and forth.

  • Hari itu terik, sisa-sisa perayaan Hari Kemerdekaan terasa dalam bentuk dekorasi merah putih yang masih menghiasi pasar.

    It was a sweltering day, and remnants of Independence Day celebrations lingered in the form of red and white decorations still adorning the market.

  • "Dewi! Aku mau lihat mainan di sana," seru Rizki, adik laki-laki Dewi yang energetik.

    "Dewi! I want to check out the toys over there," exclaimed Rizki, Dewi's energetic younger brother.

  • Dewi tersenyum dan mengangguk, membiarkan adiknya sejenak menikmati suasana pasar.

    Dewi smiled and nodded, allowing her brother to enjoy the market atmosphere for a moment.

  • Namun, tak lama kemudian, Dewi merasakan ada yang tidak beres.

    However, not long after, Dewi sensed that something was wrong.

  • Dari kejauhan, dia melihat Rizki duduk di pinggir jalan dengan napas terengah-engah.

    From a distance, she saw Rizki sitting on the roadside, panting heavily.

  • Kala itu, Dewi langsung tahu bahwa asthma adiknya kambuh.

    At that moment, Dewi immediately knew that her brother's asthma had flared up.

  • Panik mulai melanda Dewi.

    Panic started to take over Dewi.

  • Di tengah kerumunan pasar yang padat, mencari pertolongan terasa sulit.

    In the tight market crowd, finding help seemed difficult.

  • Dengan cepat, Dewi merogoh kantong dan meraih ponsel.

    Quickly, Dewi reached into her pocket and grabbed her phone.

  • "Amira," gumamnya dalam hati.

    "Amira," she muttered to herself.

  • Amira adalah sahabat dekat keluarga, kebetulan seorang mahasiswa kedokteran, dan tidak jauh dari lokasi mereka.

    Amira was a close family friend, coincidentally a medical student, and was not far from their location.

  • Setelah menelepon Amira, Dewi harus mengambil keputusan cepat.

    After calling Amira, Dewi had to make a quick decision.

  • Apakah menunggu Amira atau mencari inhaler di apotik terdekat?

    Should she wait for Amira or look for an inhaler at the nearest pharmacy?

  • Melihat Rizki semakin kesulitan bernapas, Dewi tak bisa menunggu lebih lama.

    Seeing Rizki struggle more with his breathing, Dewi couldn't wait any longer.

  • Dengan cekatan, Dewi memeluk Rizki erat, menenangkannya sambil berusaha menguak jalan melalui kerumunan.

    Swiftly, Dewi hugged Rizki tightly, calming him as she tried to weave through the crowd.

  • "Ayo sayang, kita pergi ke apotik dulu," ujar Dewi, meyakinkan Rizki dan dirinya sendiri.

    "Come on, dear, let's go to the pharmacy first," said Dewi, reassuring Rizki and herself.

  • Tidak lama kemudian, Amira datang dari arah yang berlawanan.

    Not long afterward, Amira came from the opposite direction.

  • "Dewi, ini inhalernya," seru Amira sambil kalah napas.

    "Dewi, here's the inhaler," shouted Amira, catching her breath.

  • Tanpa berpikir panjang, Dewi segera memberikan inhaler kepada Rizki.

    Without a second thought, Dewi immediately gave the inhaler to Rizki.

  • Perlahan namun pasti, pernapasan Rizki mulai membaik.

    Slowly but surely, Rizki's breathing began to improve.

  • Amira tertawa lega.

    Amira laughed in relief.

  • "Kamu hebat, Dewi. Keputusanmu cepat." kata Amira, mengusap punggung Rizki yang nampak sudah lebih tenang.

    "You're amazing, Dewi. Your decision was quick," said Amira, patting Rizki's back, who seemed much calmer now.

  • Setelah keadaan mereda, Dewi, Rizki, dan Amira berjalan pulang.

    After the situation calmed down, Dewi, Rizki, and Amira walked home.

  • Di sepanjang perjalanan, Dewi merasa lebih percaya diri.

    Along the way, Dewi felt more confident.

  • Dia tahu bahwa dalam situasi darurat, mengikuti insting dan meminta bantuan adalah hal yang tepat.

    She knew that in an emergency, following instincts and asking for help was the right thing to do.

  • Hari itu, meskipun melelahkan, memberikan pelajaran berharga bagi Dewi.

    That day, although exhausting, provided Dewi with a valuable lesson.

  • Hubungan antara Dewi, Rizki, dan Amira menjadi semakin erat.

    The relationship between Dewi, Rizki, and Amira became even stronger.

  • Mereka tahu bahwa saling mendukung adalah bagian terpenting dalam setiap tantangan hidup di tengah kesibukan kota Jakarta.

    They knew that supporting each other is the most important part of facing life's challenges amidst the busyness of Jakarta city.

  • Sesampainya di rumah, Dewi tersenyum pada Rizki dan Amira.

    Upon arriving home, Dewi smiled at Rizki and Amira.

  • Mereka bersyukur bahwa dalam keramaian Pasar Santa, cinta dan kebersamaan masih ada.

    They were grateful that amidst the crowd of Pasar Santa, love and togetherness still existed.