
Parrot Escapades: A Morning Adventure in Jakarta's Elite Decorum
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Parrot Escapades: A Morning Adventure in Jakarta's Elite Decorum
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di suatu pagi yang cerah di Jakarta, tepatnya di sebuah lingkungan mewah yang terjaga ketat, Dewi berlarian di antara deretan bunga bougainvillea.
On a bright morning in Jakarta, precisely in a tightly guarded luxurious neighborhood, Dewi was running among rows of bougainvillea flowers.
Matanya mencari-cari sosok kecil bersayap yang sangat berarti baginya.
Her eyes were searching for a small winged creature that meant so much to her.
Rizal, teman setianya, mengikuti di belakang dengan langkah lebih tenang.
Rizal, her loyal friend, followed behind with a calmer pace.
"Tenang, Dewi.
"Relax, Dewi.
Ayo kita cari Garuda pelan-pelan," katanya menenangkan.
Let's look for Garuda slowly," he said soothingly.
Garuda, seekor burung beo yang dikenal dengan suara squawknya yang nyaring, telah melarikan diri dari kandangnya.
Garuda, a parrot known for its loud squawking voice, had escaped from its cage.
Dewi sangat mencintai Garuda, tetapi dia juga tahu bahwa suara Garuda bisa mendatangkan masalah, terutama dengan satpam yang selalu waspada di lingkungan ini.
Dewi loved Garuda very much, but she also knew that Garuda's voice could cause problems, especially with the ever-watchful security guards in this neighborhood.
"Garuda!
"Garuda!
Jangan sampai dia tahu kita ada di sini!
Don't let them know we're here!"
" seru Dewi panik ketika ia mendengar squawk Garuda yang menggemparkan satu blok.
shouted Dewi in panic when she heard Garuda's squawk that startled the whole block.
Rizal, dengan sikap tenangnya, mulai merencanakan sesuatu.
Rizal, with his calm demeanor, began to plan something.
"Kita harus mengalihkan perhatian satpam.
"We need to distract the security guards.
Bagaimana kalau kita buat kebisingan di sisi lain kompleks ini dulu?
How about we make some noise on the other side of the complex first?
Lalu aku coba bawa Garuda masuk lewat pintu belakang.
Then I'll try to bring Garuda in through the back door."
"Dewi merasa itu ide bagus, meskipun dia agak khawatir.
Dewi felt it was a good idea, although she was a bit worried.
Dengan semangat yang tinggi, dia mulai membuat kekacauan kecil-kecilan di kebun tetangga.
With high spirits, she started causing small chaos in the neighbor's garden.
Dia mengetuk pot bunga dan membuat beberapa pot jatuh.
She tapped flower pots and caused a few to fall.
Ketika satpam berlarian untuk mengecek asal suara, Rizal dengan cekatan meraih Garuda dan membawanya menuju rumah.
When the guards ran to check the source of the noise, Rizal swiftly grabbed Garuda and led him towards the house.
Namun, satpam lain kebetulan melewati arah mereka.
However, another guard happened to pass by them.
Pikiran Dewi berputar cepat, "Apa yang kita lakukan sekarang?
Dewi's mind raced quickly, "What do we do now?"
" Rizal dengan cerdik mulai berbicara dengan satpam, berpura-pura mencari bola sepak yang hilang.
Rizal cleverly began talking to the guard, pretending to look for a lost soccer ball.
"Ya ampun, kamu lihat bola sepak saya?
"Oh dear, have you seen my soccer ball?
Saya rasa tergelincir jauh tadi," katanya sambil menunjuk ke arah lain.
I think it rolled far away earlier," he said while pointing in another direction.
Satpam itu percaya dan pergi ke arah yang ditunjukkan Rizal.
The guard believed him and went in the direction Rizal indicated.
Segera, dengan langkah cepat tapi tenang, Rizal membawa Garuda kembali ke dalam rumah Dewi.
Immediately, with quick but calm steps, Rizal brought Garuda back into Dewi's house.
Garuda kembali berkicau di dalam ruang tamu, aman dan selamat.
Garuda chirped again in the living room, safe and sound.
Setelah semua tenang, Dewi menarik napas panjang.
After everything calmed down, Dewi took a deep breath.
"Rizal, aku harus lebih teratur mulai sekarang.
"Rizal, I need to be more organized from now on.
Ini tidak bisa dibiarkan terjadi lagi," katanya menyadari.
This can't happen again," she said, realizing.
Rizal tersenyum, "Itu ide yang bagus, Dewi.
Rizal smiled, "That's a good idea, Dewi.
Dan lain kali, mari pastikan Garuda terkunci dengan aman.
And next time, let's make sure Garuda is securely locked."
"Dengan tetangga yang hanya bisa mengerti kejadian aneh itu setengah, Garuda tetap di dalam rumah.
With neighbors only half-understanding the strange incident, Garuda stayed inside the house.
Bagi Dewi dan Rizal, petualangan pagi itu diakhiri dengan gigitan pisang goreng hangat sebagai pengganjal perut, sekaligus pelajaran berharga pentingnya rencana dan ketertiban.
For Dewi and Rizal, that morning's adventure ended with a bite of warm fried bananas to satisfy their hunger, along with a valuable lesson about the importance of planning and orderliness.
Dan kehidupan di lingkungan itu kembali normal, dengan Garuda sebagai penghuni yang tetap riang di balik jendela.
And life in the neighborhood returned to normal, with Garuda as the ever-cheerful resident behind the window.