
A Midnight Ride: Love and Courage on Jakarta's MRT
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
A Midnight Ride: Love and Courage on Jakarta's MRT
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Suara berderak dari pengeras suara mengumumkan kedatangan kereta terakhir malam itu di Stasiun MRT Jakarta.
The crackling sound from the loudspeaker announced the arrival of the last train of the night at Stasiun MRT Jakarta (MRT Jakarta Station).
Budi, Sari, dan Rini sedang berlari kecil di koridor yang terang benderang itu.
Budi, Sari, and Rini were jogging lightly down the brightly lit corridor.
Baru saja mereka meninggalkan pameran seni di Galeri Nasional, masih terpesona oleh karya-karya yang baru saja mereka lihat.
They had just left the art exhibition at the Galeri Nasional (National Gallery), still mesmerized by the works they had just seen.
Budi berjalan di belakang, sedikit tertinggal.
Budi walked behind, slightly trailing.
Pikirannya sibuk.
His mind was busy.
Dia ingin membuat kesan baik pada Rini.
He wanted to make a good impression on Rini.
Di stasiun yang ramai, suara langkah kaki tergesa mengiringi percakapan singkat di antara mereka.
In the crowded station, the hurried footsteps accompanied their brief conversation.
Sari, yang enerjik dan ceria, terus menggoda Budi agar tidak canggung saat berbicara dengan Rini, perempuan dengan senyum misterius yang sudah mampu memikat perhatian Budi sejak pertama kali mereka bertemu.
Sari, energetic and cheerful, kept teasing Budi not to feel awkward when talking to Rini, the woman with the mysterious smile who had captivated Budi's attention since they first met.
“Cepat, kereta hampir tiba!
"Hurry, the train is almost here!"
” seru Sari, mempercepat langkah.
Sari exclaimed, quickening her pace.
Rini menoleh pada Budi dan tersenyum.
Rini turned to Budi and smiled.
"Kau suka pameran tadi?
"Did you like the exhibit earlier?"
" tanyanya lembut.
she asked softly.
Budi terperangah sejenak, mencari kata-kata yang tepat.
Budi was momentarily speechless, searching for the right words.
"Ya, sangat menarik.
"Yes, it was very interesting.
Seni bisa membuat kita berpikir, ya," jawabnya gugup.
Art can really make us think, can't it," he replied nervously.
Langkah mereka semakin cepat saat suara peringatan pintu kereta hendak ditutup terdengar.
Their steps quickened as the sound warning of the train doors closing was heard.
Budi merasa waktu berjalan lebih cepat dari biasanya.
Budi felt time moving faster than usual.
Dia harus mengambil keputusan.
He had to make a decision.
Apakah dia akan berbicara terus terang dengan Rini, atau memastikan mereka semua naik kereta tepat waktu?
Would he speak frankly with Rini, or ensure that they all boarded the train on time?
Saat kereta terakhir memasuki peron, jantung Budi berdebar kencang.
As the last train entered the platform, Budi's heart pounded.
“Rini,” katanya dengan suara yang baru saja terdengar.
"Rini," he said in a voice barely audible.
“Aku ingin tahu lebih banyak tentang kamu.
"I want to know more about you.
Mungkin kita bisa bertemu lagi?
Maybe we can meet again?"
”Pintu kereta mulai menutup.
The train doors started to close.
Rini menahan pintu dengan tangannya, memberikan senyum yang menenangkan.
Rini held the door with her hand, giving a reassuring smile.
“Tentu, Budi.
"Of course, Budi.
Senang mendengarnya.
Glad to hear that.
Kita bisa bertemu lagi,” katanya sebelum melangkah masuk ke dalam kereta.
We can meet again," she said before stepping into the train.
Budi dan Sari berhasil masuk sesaat sebelum pintu kereta tertutup rapat.
Budi and Sari managed to get in just before the train doors shut tightly.
Sari menatap Budi dengan senyum bangga.
Sari looked at Budi with a proud smile.
Di dalam kereta yang bergerak perlahan meninggalkan stasiun, Budi merasa lebih percaya diri.
Inside the train, which moved slowly away from the station, Budi felt more confident.
Dia menyadari bahwa sering kali hal terbaik terjadi saat kita berani keluar dari zona nyaman kita.
He realized that often the best things happen when we dare to step out of our comfort zone.
Malam itu, di bawah langit Jakarta yang bersih dari awan karena musim kemarau, Budi tersenyum.
That night, under the Jakarta sky clear of clouds due to the dry season, Budi smiled.
Dia telah melangkah maju, menantikan pertemuan berikutnya dengan Rini, dan merasakan semangat baru untuk masa depan.
He had taken a step forward, looking forward to the next meeting with Rini, and feeling a new enthusiasm for the future.
Kereta bergerak cepat menuju rumah mereka, sementara di sekitar mereka, suara kota masih bergema dan mengalir, menandakan kehidupan lain yang terus berjalan.
The train sped towards their homes, while around them, the sounds of the city echoed and flowed, marking other lives that continued on.