
The Secret Bunker: Where Science Meets Art in Kalimantan
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
The Secret Bunker: Where Science Meets Art in Kalimantan
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di tengah rimbunnya hutan Kalimantan, di mana pepohonan menjulang tinggi dan suara burung serta satwa liar memenuhi udara, tersembunyi sebuah bunker rahasia.
Amidst the lushness of the hutan Kalimantan, where towering trees and the sounds of birds and wildlife fill the air, a secret bunker is hidden.
Bunker ini seperti hilang dalam waktu, dilapisi lumut dan dedaunan yang lebat.
This bunker seems lost in time, covered in moss and thick foliage.
Siapapun yang menemukannya pasti merasa berada di dunia lain.
Anyone who finds it will surely feel like they are in another world.
Di dalamnya, Dewi duduk sambil memperhatikan peta dan catatan tentang spesies tanaman langka.
Inside, Dewi sits while observing maps and notes about rare plant species.
Dia adalah seorang ilmuwan muda yang berdedikasi, berdiri di garis depan untuk melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia.
She is a dedicated young scientist, standing on the front lines to preserve Indonesia's biodiversity.
Namun, sering kali, dia merasa kesendirian menghalangi langkahnya.
However, often, she feels loneliness hinders her efforts.
Tiba-tiba, pintu bunker berdecit terbuka.
Suddenly, the bunker's door creaks open.
Seorang pria muda, Raka, muncul dengan senyum lebar dan kamera tergantung di lehernya.
A young man, Raka, appears with a wide smile and a camera hanging around his neck.
"Jadi tempat ini ada juga ya," katanya sambil membersihkan air hujan dari rambutnya.
"So this place does exist," he says while wiping rain from his hair.
Hujan musim tropis yang tiba-tiba membuat mereka mencari perlindungan di tempat yang sama.
The sudden tropical rain makes them seek shelter in the same place.
"Bagaimana kamu bisa sampai di sini?" tanya Dewi, setengah curiga setengah penasaran.
"How did you get here?" asks Dewi, half suspicious, half curious.
Raka menceritakan perjalanannya sebagai fotografer.
Raka shares his journey as a photographer.
Dia suka menjelajah tempat-tempat tersembunyi dan mengenal beragam budaya di Indonesia.
He loves exploring hidden places and getting to know the diverse cultures in Indonesia.
Dewi terkesan namun juga sedikit terganggu.
Dewi is impressed, but also slightly bothered.
Raka tampak memandang hutan ini hanya sebagai latar belakang foto. Sementara bagi Dewi, hutan ini hidup, membutuhkan perlindungan.
Raka seems to view this forest merely as a backdrop for photos, while for Dewi, the forest is alive, needing protection.
Seiring detik bergulir, mereka mulai bercakap-cakap.
As the seconds pass by, they begin to converse.
Keduanya memiliki pandangan berbeda tentang cara melindungi hutan.
Both have different views on how to protect the forest.
Dewi percaya pada data dan penelitian, sedangkan Raka mengandalkan pengaruh foto untuk menyentuh hati masyarakat luas.
Dewi believes in data and research, while Raka relies on the influence of photos to touch people’s hearts.
Mereka berdebat dengan semangat, hujan deras di luar menjadi saksi argumen panas mereka.
They debate passionately, the heavy rain outside becoming a witness to their heated arguments.
"Sains penting, Dewi," kata Raka, "tapi cerita visual bisa menyentuh lebih dalam.
"Science is important, Dewi," says Raka, "but visual storytelling can touch deeper.
Dengan foto, kamu bisa membuat orang merasakan apa yang kamu tahu."
With photos, you can make people feel what you know."
Awalnya, Dewi merasa Raka hanya distraksi.
Initially, Dewi feels that Raka is just a distraction.
Namun, saat hujan mulai reda, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya.
However, as the rain begins to subside, a thought dawns on her.
Mungkin, dokumentasi dan penelitian bukanlah hal yang bertentangan, tetapi justru saling melengkapi.
Maybe, documentation and research are not opposing forces, but rather complement each other.
Dewi merasa jantungnya sedikit lebih ringan saat menyadari itu.
Dewi feels her heart lighten slightly as she realizes this.
Akhirnya, mereka sepakat untuk bekerja sama.
Finally, they agree to collaborate.
Dewi akan terus dengan penelitiannya, sementara Raka akan membantunya mendokumentasikan kehidupan hutan dan mempublikasikannya ke khalayak luas.
Dewi will continue her research, while Raka will help her document the life of the forest and publish it to a wider audience.
Dengan bersatu, mereka berharap bisa mempengaruhi lebih banyak orang untuk peduli pada lingkungan.
By uniting, they hope to influence more people to care about the environment.
Raka menemukan rasa koneksi yang selama ini hilang dari hidupnya yang nomaden.
Raka finds a sense of connection that has long been missing from his nomadic life.
Dewi belajar bahwa bekerja sama dengan orang lain bisa membawa manfaat besar.
Dewi learns that collaborating with others can bring great benefits.
Dengan persatuan ini, mereka merasa sedang memulai satu lembaran baru, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam misi pelestarian yang mereka emban.
With this unity, they feel they are starting a new chapter, both in their personal lives and in the conservation mission they carry.
Ketika keduanya melangkah keluar dari bunker, hutan menyambut mereka dengan ketenangan baru.
As they step out of the bunker, the forest greets them with newfound tranquility.
Ini adalah awal dari sebuah petualangan yang akan menyatukan sains dan seni demi masa depan yang lebih baik bagi alam Kalimantan.
This marks the beginning of an adventure that will unite science and art for a better future for the alam Kalimantan.