
Rising Entrepreneurs: A New Dawn in Jakarta's Startup Scene
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Rising Entrepreneurs: A New Dawn in Jakarta's Startup Scene
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Langit Jakarta terlihat cerah tanpa awan meskipun matahari baru saja terbit.
The sky over Jakarta looked clear without clouds even though the sun had just risen.
Di sebuah sudut kota, terdapat sebuah gedung dengan tembok bata ekspos dan jendela besar yang menghadap gedung-gedung pencakar langit.
In a corner of the city, there was a building with exposed brick walls and large windows facing the skyscrapers.
Itu adalah sebuah inkubator startup, tempat di mana impian besar dimulai.
It was a startup incubator, a place where big dreams begin.
Di dalamnya, terdengar suara ramai dari para pengusaha muda yang bersemangat.
Inside, the lively chatter of young, enthusiastic entrepreneurs could be heard.
Whiteboard penuh coretan ide dan angka, aroma kopi segar menguar di udara.
Whiteboards were covered with scribbles of ideas and numbers, and the aroma of fresh coffee filled the air.
Di sudut ruangan, Raka, Dewi, dan Yusuf duduk mengelilingi meja kecil.
In a corner of the room, Raka, Dewi, and Yusuf sat around a small table.
Suasana tegang, namun harapan menyala di mata Raka dan Dewi.
The atmosphere was tense, but hope gleamed in Raka and Dewi's eyes.
Raka, pemuda berambisi tinggi itu, menata nafasnya.
Raka, the highly ambitious young man, took a deep breath.
"Pak Yusuf, kami punya ide teknologi yang bisa mengubah cara orang berkomunikasi," katanya dengan penuh semangat.
"Mr. Yusuf, we have a technology idea that can change the way people communicate," he said with passion.
Namun, semangat itu menjadi agak berlebihan.
However, that enthusiasm became somewhat excessive.
Raka mulai bercerita tentang berbagai fitur rumit yang ia impikan, membuat presentasinya menjadi kurang fokus.
Raka started talking about various complex features he envisioned, making his presentation less focused.
Dewi memperhatikan gestur Yusuf yang mulai ragu.
Dewi noticed the doubtful gestures of Yusuf.
Investor karismatik itu menjungkir balikkan kenangnya, meresapi kata-kata Raka namun tampaknya belum bisa diyakinkan sepenuhnya.
The charismatic investor was deep in thought, absorbing Raka's words but seemed not fully convinced.
Dewi tahu saatnya tiba untuk bertindak.
Dewi knew it was time to act.
Dengan senyum tenang, Dewi mengambil alih pembicaraan.
With a calm smile, Dewi took over the conversation.
"Ide kami memang kompleks, tapi bukan tidak mungkin," ucap Dewi.
"Our idea is indeed complex, but it is not impossible," said Dewi.
Suaranya lembut namun tegas.
Her voice was soft yet firm.
Dewi menjelaskan keuntungan utama dari ide mereka dengan fakta-fakta konkret.
Dewi explained the main advantages of their idea with concrete facts.
Dia menunjukkan proyeksi keuntungan dan rencana kerja yang telah disusun.
She showed profit projections and the work plan they had prepared.
Yusuf mendengarkan dengan lebih seksama, kedua alisnya sedikit terangkat.
Yusuf listened more intently, his eyebrows slightly raised.
Dewi tidak berhenti di situ.
Dewi did not stop there.
"Kami memiliki target yang realistis dalam jangka waktu tertentu.
"We have realistic targets within a certain timeframe.
Kami yakin bisa mencapainya dengan bimbingan dan dukungan yang tepat," lanjut Dewi.
We are confident we can achieve them with the right guidance and support," Dewi continued.
Yusuf bersandar ke depan, menunjukkan minat yang mulai tumbuh.
Yusuf leaned forward, showing growing interest.
"Bagaimana tentang implementasinya?" tanyanya, tertarik dengan penjelasan Dewi.
"How about the implementation?" he asked, intrigued by Dewi's explanation.
Pertanyaan-pertanyaan teknis mulai mengalir, dan Dewi menjawab satu per satu dengan sabar dan jelas.
Technical questions began to flow, and Dewi answered each one patiently and clearly.
Akhirnya, setelah diskusi yang intens, Yusuf tersenyum kecil dan mengangguk.
Finally, after an intense discussion, Yusuf smiled slightly and nodded.
"Baiklah, saya akan berinvestasi.
"Alright, I will invest.
Tetapi ada syaratnya.
But there are conditions.
Beberapa tonggak harus dicapai sebelum saya menambah modal lebih banyak," kata Yusuf.
Certain milestones have to be reached before I add more funds," said Yusuf.
Itu adalah kesempatan yang Raka dan Dewi tunggu.
It was the opportunity that Raka and Dewi had been waiting for.
Keluar dari ruangan itu, Raka merasa lega meskipun ada tambahan PR di belakangnya.
Leaving the room, Raka felt relieved even though there was extra work ahead.
Dewi menepuk bahu Raka.
Dewi patted Raka's shoulder.
"Kita bisa melakukannya, Raka."
"We can do it, Raka."
Raka mengangguk, menyadari bahwa semangat perlu diimbangi dengan strategi dan kerjasama.
Raka nodded, realizing that enthusiasm needs to be balanced with strategy and teamwork.
Matahari semakin tinggi di langit yang cerah.
The sun rose higher in the clear sky.
Raka belajar bahwa kerja keras dan tim yang solid kadang lebih penting daripada ide itu sendiri.
Raka learned that hard work and a solid team are sometimes more important than the idea itself.
Dia dan Dewi melangkah keluar, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan keyakinan baru.
He and Dewi stepped out, ready to face the next challenge with renewed confidence.
Ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan baru mereka.
This was not the end, but the beginning of their new journey.