
Dreams & Destinies: A Tour Guide's Journey at Tanah Lot
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Dreams & Destinies: A Tour Guide's Journey at Tanah Lot
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Dewi berdiri di depan gerombolan wisatawan di Pura Tanah Lot.
Dewi stood in front of a crowd of tourists at Pura Tanah Lot.
Angin kering dari laut memainkan rambutnya yang panjang.
The dry wind from the sea played with her long hair.
Dia tersenyum hangat.
She smiled warmly.
"Selamat datang di Tanah Lot," ucapnya.
"Welcome to Tanah Lot," she said.
"Pura ini dibangun untuk mengenang Dang Hyang Nirartha.
"This temple was built to commemorate Dang Hyang Nirartha."
"Raka dan Sinta, sepasang turis dari Jakarta, mendengarkan dengan antusias.
Raka and Sinta, a pair of tourists from Jakarta, listened enthusiastically.
Dewi menjelaskan batu karang megah yang menahan pura dan ombak yang menghantam penuh semangat.
Dewi explained the majestic rock that supported the temple and the waves that crashed energetically.
"Dulunya, ini tempat bertapa dan mencari ketenangan," lanjut Dewi.
"Once, this was a place for meditation and seeking peace," Dewi continued.
Langit berwarna jingga dan merah muda saat matahari mulai terbenam.
The sky turned orange and pink as the sun began to set.
Aroma dupa bercampur dengan angin laut, menciptakan suasana magis.
The scent of incense mixed with the sea breeze, creating a magical atmosphere.
Dewi memandangi para turis yang sibuk berfoto.
Dewi watched the tourists busy taking photos.
"Saya ingin melihat dunia," pikir Dewi, melihati hamparan laut luas.
"I want to see the world," Dewi thought, gazing at the vast expanse of the sea.
Dia ingin menabung untuk berkeliling dunia.
She wanted to save money to travel around the world.
Tapi penghasilan sebagai pemandu tur tak seberapa.
But her income as a tour guide was not much.
Kadang Dewi bimbang, setia pada tanah kelahirannya atau mengejar impian ke berbagai tempat.
Sometimes Dewi felt torn, faithful to her homeland or chasing her dream to various places.
Ketika tur berakhir, Dewi melangkah ke tepi laut.
When the tour ended, Dewi stepped to the edge of the sea.
Raka dan Sinta mengucapkan terima kasih, puas dengan cerita dan sejarah yang dikisahkan Dewi.
Raka and Sinta thanked her, satisfied with the stories and history Dewi had recounted.
Dewi tersenyum, meski dalam hati kegelisahan terus mengusiknya.
Dewi smiled, though in her heart, unease continued to trouble her.
Sendiri di tepi pantai, Dewi menatap cakrawala.
Alone on the beach, Dewi gazed at the horizon.
"Banyak yang bisa dipelajari dari sini," bisiknya.
"There's so much to learn from here," she whispered.
Ombak datang dan pergi.
The waves came and went.
Setiap gelombang membawa cerita.
Each wave carried a story.
Ketika senja menyelimuti, Dewi bangkit.
As dusk settled in, Dewi rose.
Dia tahu perjalanan besar dimulai dari langkah kecil.
She knew a great journey begins with small steps.
Berbagi cerita bisa jadi caranya menjelajah meski belum ke seluruh dunia.
Sharing stories could be her way of exploring even if not all over the world.
Dia bisa menemukan petualangan dalam kehidupan sehari-harinya.
She could find adventure in her daily life.
Setiap turis adalah buku baru untuk dibaca.
Every tourist was a new book to be read.
Dewi memutuskan untuk lebih menikmati pekerjaannya.
Dewi decided to enjoy her job more.
Membantu orang memahami budaya Bali membuatnya merasa seperti menjelajahi dunia.
Helping people understand Bali culture made her feel like she was exploring the world.
"Setiap hari adalah petualangan kecil," pikirnya sambil tersenyum.
"Every day is a little adventure," she thought, smiling.
Dia akan terus bermimpi, suatu hari akan menginjakkan kaki di tempat-tempat yang jauh.
She would keep dreaming, someday setting foot in faraway places.
Dengan hati lebih ringan, Dewi kembali ke keramaian.
With a lighter heart, Dewi returned to the crowd.
Dia bersyukur atas keindahan Bali dan orang-orang yang datang memberi warna pada harinya.
She was grateful for the beauty of Bali and the people who came to add color to her days.
Tanah Lot tetap megah, saksi bisu dari perjalanan dan impian yang saling bertemu.
Tanah Lot remained majestic, a silent witness to journeys and dreams meeting.
Dewi yakin, suatu saat, mimpinya terbang jauh akan terwujud.
Dewi was sure that one day, her dream of flying far away would come true.