FluentFiction - Indonesian

Finding True Brew: Sincere Connections over Coffee at Sudut Rasa

FluentFiction - Indonesian

19m 04sMay 20, 2025
Checking access...

Loading audio...

Finding True Brew: Sincere Connections over Coffee at Sudut Rasa

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Di salah satu sudut Kota Yogyakarta yang hangat dan penuh keramahan, terdapat sebuah kedai kopi kecil yang nyaman bernama "Sudut Rasa".

    In one cozy and welcoming corner of Kota Yogyakarta, there is a small, comfortable coffee shop called "Sudut Rasa".

  • Kedai ini terkenal karena suasananya yang santai, serta aroma kopi yang kuat dan menggoda.

    This shop is famous for its relaxed atmosphere and the strong, tempting aroma of coffee.

  • Dengan meja kayu dan hiasan artistik di dinding, "Sudut Rasa" selalu ramai dikunjungi orang.

    With wooden tables and artistic decorations on the walls, "Sudut Rasa" is always crowded with visitors.

  • Pada suatu siang di musim kemarau, Adi duduk di sudut kedai, menunggu seseorang.

    On a dry-season afternoon, Adi sat in a corner of the shop, waiting for someone.

  • Dia merasa gugup karena hari ini dia berencana membuat Putri kagum dengan pengetahuannya tentang kopi.

    He felt nervous because today he planned to impress Putri with his knowledge about coffee.

  • Adi adalah pria muda yang pemalu, tetapi penuh niat baik.

    Adi is a shy young man, but full of good intentions.

  • Dia sudah lama menyukai Putri, seorang wanita yang ceria dan selalu menghargai ketulusan.

    He has long liked Putri, a cheerful woman who always appreciates sincerity.

  • Ketika Putri masuk ke kedai, senyum lebarnya langsung membuat Adi merasa sedikit lebih tenang.

    When Putri entered the shop, her wide smile instantly made Adi feel a little more at ease.

  • "Hai, Adi! Aroma kopinya benar-benar menggiurkan," sapa Putri ramah.

    "Hi, Adi! The coffee aroma is really tempting," greeted Putri warmly.

  • "Hai, Putri. Ya, kopi di sini memang spesial," jawab Adi sambil membetulkan posisinya di kursi.

    "Hi, Putri. Yes, the coffee here is indeed special," Adi replied while adjusting his position on the chair.

  • Adi bermaksud mengesankan Putri dengan pesanannya.

    Adi intended to impress Putri with his order.

  • Dia melihat menu dan mencoba mengingat nama-nama kopi yang terdengar keren.

    He looked at the menu and tried to recall coffee names that sounded cool.

  • Namun, rasa gugup membuat pikirannya sedikit kacau.

    However, his nervousness made his mind a bit jumbled.

  • "Aku mau pesan kopi... hmm… Macadamia, eh, maksudku, Machiatto!" kata Adi bersemangat, meskipun dia sebenarnya tidak yakin dengan apa yang baru saja dikatakannya.

    "I'd like to order a coffee… hmm… Macadamia, uh, I mean, Macchiato!" said Adi enthusiastically, even though he wasn't really sure about what he just said.

  • Putri tersenyum, berusaha menahan tawa.

    Putri smiled, trying to hold back her laughter.

  • "Kamu suka macadamia? Aku kira ini tentang kacang," canda Putri.

    "Do you like macadamia? I thought this was about nuts," joked Putri.

  • Keduanya tertawa.

    They both laughed.

  • Adi merasa sedikit malu, tapi dia tidak menyerah.

    Adi felt a bit embarrassed, but he didn't give up.

  • Dia kembali melihat daftar menu dengan penuh percaya diri.

    He looked at the menu list again with confidence.

  • "Biar ku coba, satu Frappermintino," pesan Adi kepada barista dengan nada serius.

    "Let me try, one Frappermintino," Adi ordered from the barista with a serious tone.

  • Seketika itu juga, Putri dan sang barista tertawa kecil.

    Immediately, Putri and the barista chuckled.

  • "Apakah yang Anda maksud Cappuccino, Mas?" tanya barista sambil menahan senyum.

    "Do you mean a Cappuccino, sir?" asked the barista, trying to stifle his smile.

  • Adi menggaruk kepala, ikut tertawa bersama mereka.

    Adi scratched his head, laughing along with them.

  • "Iya, Cappuccino, itu maksudku," jawabnya sambil tersenyum malu.

    "Yes, Cappuccino, that's what I meant," he replied with an embarrassed smile.

  • Meski Adi berusaha keras untuk memukau Putri, berbagai kekeliruan membuat situasi menjadi lucu dan penuh keceriaan.

    Even though Adi tried hard to impress Putri, various mix-ups made the situation funny and joyful.

  • Bukannya merasa kesal atau tidak terkesan, Putri malah sangat menikmati momen tersebut.

    Instead of feeling annoyed or unimpressed, Putri very much enjoyed the moment.

  • Setelah beberapa cangkir kopi dan gelak tawa, Putri menatap Adi dengan senyuman tulus.

    After several cups of coffee and laughter, Putri looked at Adi with a sincere smile.

  • "Kamu tahu, Adi, aku lebih suka mengetahui siapa kamu sebenarnya dibandingkan mencoba menjadi orang lain.

    "You know, Adi, I prefer to know who you really are rather than you trying to be someone else.

  • Kesalahan kecil ini membuat pertemuan kita jadi lebih menyenangkan."

    These little mistakes make our meeting more enjoyable."

  • Mendengar itu, Adi merasa lega.

    Hearing that, Adi felt relieved.

  • Dia sadar bahwa ketulusan dan kejujuran lebih berarti daripada berpura-pura.

    He realized that sincerity and honesty mean more than pretending.

  • Mereka pun menikmati sisa siang itu dengan berbincang hangat dan saling mengenal lebih dalam.

    They then enjoyed the rest of the afternoon by having warm conversations and getting to know each other more deeply.

  • Di akhir pertemuan, Adi mengerti bahwa menjadi diri sendiri jauh lebih menarik daripada mencoba mengesankan orang lain dengan pengetahuan yang belum ia miliki.

    By the end of the meeting, Adi understood that being himself is far more attractive than trying to impress someone with knowledge he doesn't yet have.

  • Sore itu, dia pulang dengan senyuman, merasa telah memenangkan sesuatu yang lebih daripada sekadar pesanan kopi yang benar.

    That afternoon, he went home with a smile, feeling he had won something more than just the correct coffee order.