
Love Across Miles: A Journey to Rekindle Lost Bonds
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Love Across Miles: A Journey to Rekindle Lost Bonds
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di bawah langit Jakarta yang cerah, Rizky duduk di kursi rotan di dekat jendela besar.
Under the bright Jakarta sky, Rizky sat on a rattan chair near the large window.
Semilir angin hangat musim panas menerobos masuk melalui tirai putih yang bergerak lembut.
A warm summer breeze drifted in through the softly moving white curtains.
Kakinya masih dibalut perban, menandakan masih dalam tahap penyembuhan dari operasi yang baru saja dijalaninya.
His leg was still wrapped in bandages, indicating he was still in the healing phase from the surgery he had just undergone.
Namun, pikirannya terbang jauh ke Yogyakarta, tempat Sari tinggal.
However, his thoughts flew far to Yogyakarta, where Sari lived.
Rizky menghela napas panjang.
Rizky sighed deeply.
Akhir-akhir ini, waktu percakapannya dengan Sari semakin sedikit.
Lately, his conversations with Sari had been getting less frequent.
Kesibukan di kantor dan pemulihan dari operasi membuatnya jarang menghubungi.
The busyness at the office and recovery from the surgery made him rarely contact her.
Ia khawatir hubungan jarak jauh ini akan merenggang.
He was worried that this long-distance relationship would become strained.
Kepada Andi, sahabatnya, Rizky sering mencurahkan isi hatinya.
To Andi, his best friend, Rizky often poured out his heart.
"Kenapa nggak coba buat kejutan?
"Why not try to surprise her?"
" saran Andi ketika mereka duduk berdua di sofa usang di apartemen Rizky.
suggested Andi when they were sitting together on the worn-out sofa in Rizky's apartment.
Rizky terdiam, memikirkan segala kemungkinan yang bisa dilakukan.
Rizky fell silent, considering all the possibilities he could do.
Di sisi lain, di Yogyakarta, Sari sedang sibuk melayani pelanggan di kafe teh miliknya.
On the other side, in Yogyakarta, Sari was busy serving customers at her tea cafe.
Aroma teh melati dan jahe memenuhi udara, menawarkan rasa hangat dan menenangkan di tengah hiruk-pikuk kota.
The aroma of jasmine and ginger tea filled the air, offering a warm and soothing sensation amidst the city's hustle and bustle.
Di antara kesibukannya, Sari sering kali merasakan sepi merayap.
Amid her busyness, Sari often felt loneliness creeping in.
Ia rindu kehadiran Rizky.
She longed for Rizky's presence.
Hari itu, setelah berbincang dengan Andi, Rizky memutuskan sesuatu.
That day, after talking with Andi, Rizky made a decision.
Ia tahu, meski lukanya belum sepenuhnya sembuh, ia harus melakukan sesuatu yang berarti.
He knew, even though his wound hadn't fully healed, he had to do something meaningful.
Dengan penuh tekad, ia membeli tiket kereta ke Yogyakarta.
With determination, he bought a train ticket to Yogyakarta.
Tanpa memberitahu Sari, ia memutuskan akan pergi mengunjungi pujaan hatinya.
Without telling Sari, he decided he would go visit the love of his life.
Perjalanan panjang dari Jakarta ke Yogyakarta menjadi kesempatan bagi Rizky untuk merenung.
The long journey from Jakarta to Yogyakarta became an opportunity for Rizky to reflect.
Dengan suara deru kereta dan bergesernya pemandangan sawah di luar jendela, ia menyadari pentingnya keseimbangan antara kerja, kesehatan, dan cinta.
With the sound of the train's roar and the shifting view of rice fields outside the window, he realized the importance of balancing work, health, and love.
Sampai di kafe Sari, Rizky berdiri terpaku sejenak, merasakan hangatnya senja yang mulai turun.
Arriving at Sari's cafe, Rizky stood rooted for a moment, feeling the warmth of the descending dusk.
Ia melihat Sari, sibuk dengan cangkir-cangkir teh, dan memanggil namanya dengan lembut.
He saw Sari, busy with cups of tea, and called her name softly.
Sari menoleh, terperangah sejenak sebelum sebuah senyuman lebar mengembang di wajahnya.
Sari turned, momentarily astonished before a broad smile spread across her face.
Mereka terduduk bersama, berbagi cerita dan tawa yang sempat hilang.
They sat together, sharing stories and laughter that had once been lost.
Kehadiran Rizky menjadi momen penting.
Rizky's presence became an important moment.
Tak hanya menguatkan hubungan mereka, tetapi juga membuatnya sadar untuk lebih terbuka dalam menyampaikan perasaan.
It not only strengthened their relationship but also made him realize the need to be more open in expressing feelings.
Mereka berdua sepakat untuk lebih berusaha menjaga hubungan ini.
They both agreed to try harder to maintain their relationship.
Dengan suasana hati yang damai, Rizky memandang Sari.
With a peaceful heart, Rizky looked at Sari.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, ia menemukan ketenangan dalam kebersamaan.
Amid the hustle and bustle of life, he found tranquility in their togetherness.
Dan di sanalah kisah ini berakhir, dengan janji untuk saling menjaga, lebih baik dari sebelumnya.
And there the story ended, with a promise to care for each other better than before.