
Finding Peace and New Beginnings on Bali’s Shores
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Finding Peace and New Beginnings on Bali’s Shores
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di bawah langit biru musim panas, Bali Beach Resort tampak seperti potongan surga.
Under the blue summer sky, Bali Beach Resort looked like a piece of paradise.
Angin lembut berhembus, membawa aroma segar dari laut.
A gentle breeze blew, carrying the fresh scent of the sea.
Dewi melangkah perlahan di atas pasir putih, diapit oleh Intan, putri kecilnya yang riang berlari ke sana ke mari, dan Raka, sahabat karibnya yang akan menikah ulang.
Dewi walked slowly on the white sand, flanked by Intan, her cheerful little daughter who ran back and forth, and Raka, her best friend who was getting remarried.
“Kamu siap, Dewi?” tanya Raka dengan senyum lembut.
“Are you ready, Dewi?” asked Raka with a gentle smile.
Ia mengenakan batik khas dan tampak bersemangat.
He wore traditional batik and looked enthusiastic.
Dewi membalas senyumannya, meski di dalam hatinya masih bergejolak.
Dewi returned his smile, even though her heart was still in turmoil.
"Ya, aku siap," jawab Dewi, suaranya pelan namun tegas.
“Yes, I’m ready,” replied Dewi, her voice soft yet firm.
Pengalaman pernikahan yang lalu masih membayangi pikirannya, tapi ia tahu bahwa ia harus mendukung Raka.
Her past marriage experience still overshadowed her thoughts, but she knew she had to support Raka.
Dewi memutuskan untuk menghadiri upacara pernikahan Raka di resort ini.
Dewi decided to attend Raka's wedding ceremony at this resort.
Namun, ia tahu bahwa tempat ini bisa memunculkan kenangan masa lalu yang ingin ia lupakan.
However, she knew that this place could bring up past memories she wanted to forget.
Intan, yang belum sepenuhnya memahami perpisahan orangtuanya, berharap bisa kembali bersama ayahnya.
Intan, who did not fully understand her parents' separation, hoped she could be with her father again.
Merasakan hal ini, Dewi tahu ia harus berbincang dengan Intan.
Feeling this, Dewi knew she had to talk with Intan.
"Mama, Raka akan jadi suamiku juga?" tanya Intan polos, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
“Mama, will Raka be my husband too?” asked Intan innocently, her eyes sparkling with curiosity.
"Raka teman baik kita, sayang," Dewi berkata sambil duduk di pasir.
“Raka is our good friend, dear,” Dewi said while sitting on the sand.
"Mama ingin kamu tahu, tidak apa-apa untuk merindukan Ayah.
“Mama wants you to know, it’s okay to miss Daddy.
Tapi kita di sini untuk merayakan kebahagiaan Raka, dan Mama berharap kita bisa menemukan kebahagiaan kita sendiri."
But we are here to celebrate Raka's happiness, and Mama hopes we can find our own happiness.”
Intan mengangguk kecil, seakan memahami maksud ibunya.
Intan nodded slightly, as if understanding her mother's intention.
Saat upacara dimulai, Dewi terdiam.
As the ceremony began, Dewi was silent.
Musik gamelan lembut mengiringi langkah pasangan menuju altar yang dihiasi bunga tropis.
Gentle gamelan music accompanied the couple’s steps to an altar adorned with tropical flowers.
Melihat keindahan itu, Dewi merasa haru.
Seeing that beauty, Dewi felt touched.
Bukan haru teringat masa lalu yang gagal, tapi haru menyaksikan sebuah awal baru.
Not touched by the memory of a failed past, but touched by witnessing a new beginning.
Ketika cincin melingkar di jari Raka dan pasangannya, Dewi menyadari sesuatu.
When the ring circled Raka's and his partner's fingers, Dewi realized something.
Menemukan penutup bukan berarti menghapus cinta.
Finding closure doesn't mean erasing love.
Namun, itu adalah usaha untuk menerima masa lalu dan menyambut masa depan.
However, it is an effort to accept the past and welcome the future.
Di penghujung acara, Dewi dan Intan duduk bersama di atas tikar pantai, menyaksikan matahari terbenam.
At the end of the event, Dewi and Intan sat together on a beach mat, watching the sunset.
Warna jingga dan merah muda membentang di cakrawala, seolah menciptakan lukisan alam yang menenangkan hati.
Orange and pink colors stretched across the horizon, as if creating a soothing natural painting.
“Lihat, Ma. Cantik sekali!” seru Intan penuh semangat.
“Look, Ma. It’s so beautiful!” exclaimed Intan enthusiastically.
Dewi tersenyum lebar, merangkul putrinya erat.
Dewi smiled broadly, embracing her daughter tightly.
"Iya, sayang. Ini cantik sekali. Semoga hari-hari kita ke depan seindah ini," jawab Dewi dengan keyakinan baru.
“Yes, dear. It’s so beautiful. May our days ahead be as beautiful as this,” Dewi replied with newfound confidence.
Dan di bawah cahaya matahari yang meredup, Dewi merasa damai.
And under the fading sunlight, Dewi felt at peace.
Ia pun siap menyambut pengalaman baru dalam hidupnya, bersama Intan, dengan harapan yang baru dan hati yang lebih terbuka.
She was ready to welcome new experiences in her life, with Intan, with new hope and a more open heart.